Dipenghujung angka 18, aku melihat sosok angka 19. Sosok yang dari jauh sudah aku penasari bagaimana rupa dari angka 19? Bagaimana sifat sikap angka 19? Apakah sama seperti angka 18? Atau lebih indah atau malah lebih buruk? Hanya langkah demi langkah ini yang bisa menentukan dan mengetahui. Kau pasti tau, aku bukan seseorang yang expert untuk menyebutkan sebuah kalimat. Aku butuh berjam-jam untuk mengeluarkan satu kalimat. Untuk kali ini, aku sangat ini menjelaskan apakah indah angka 18 yang mungkin sejujurnya aku tak ingin meninggalkannya.
Awal dari angka 18, aku menemukan 9 sosok yang sangat istimewa, sosok yang tek pernah aku dapatkan di angka 17. Memang, angka 17 ku sangat suram. Banyak masalah yang harus kuhadapi di angka yang mungkin bisa dikatakan baru remaja. 9 sosok bidadari-bidadari yang membuat permukaan angka 18 berwarna. Tapi kadang memang benar, tak ada sebuah tim yang bakal tetap bersatu tanpa cekcok dengan orang jumlah jamak. Mungkin ini namanya pendewasaan disaat satu demi satu sosok itu menjauh. Mungkin ini namanya kita mengetahui mana sesungguhnya yang bathil dan yang haq. Tapi 9 sosok itu setidaknya masih mengindahkan angka 18 yang tidak pernah aku dapatkan di angka dimana aku hanya melihat sekumpulan lelaki.
Di awal angka 18, aku diberikan pula sebuah tanggungjawab besar dimana seorang “adek” mengatur “kakak-kakak”, meskipun mereka tak tahu kalau sesungguhnya aku ini “adek”. Sebuah kegugupan tersendiri tentunya, bisa dibilang untuk pertama kali soalnya. Dengan hanya berbekal dengan perasaan dan indera penerawangan sifat, (insya Allah) aku siap mengorganisasi sebuah kumpulan orang banyak yang terdiri dari 46 sampai sekarang tinggal 45. Sampai sekarang pun, kata mereka aku termasuk sukses untuk mengorganisasi, tapi tiap malam, aku berfikir, ‘apakah yang aku sukseskan?’ Kerjaanku hanya “gupuhi”, “tak kerjakno dewe”, “gak telaten” yang memang itu sifat dasar terbentukku. Tapi memang ada, disuatu saat kita berfoto dengan penuh tawa dimana seperti tidak ada beban padahal itu ada suatu kesakitan dimana gagal microteaching. Setiap liat foto itu, aku pasti bisa membuat senyum ini terus berkembang. Tapi kadang, aku sedikit berubah di penghujung angka 18. Terlalu fokus dengan cinta, bukan cinta kepada mereka tetapi kepada seseorang.
Cinta di angka 18? Indah! Di angka 18 aku seperti menemukan seseorang yang mungkin bisa membuatku berhenti merasa sakit hati di angka 18 pula. Aku tidak ingin merasakan sakit hati dengan yang satu ini. sesosok orang yang sangat berbeda –meskipun semua orang bakal bilang cintanya beda dengan yang lain- tapi dia benar-benar berbeda untukku. Seseorang yang benar-benar mengerti dan memahami segala alasanku dan kesalahanku. Orang yang tidak pernah menuntut aku harus ini itu. Orang yang benar-benar menunjukkan cintanya dengan benar. Cinta dari sesosok ini yang membuat angka 18 berwarna seutuhnya.
Tentunya cinta tak dari sesosok saja. cinta lainnya, cinta dari idolamu sendiri. Aku memang sering bertemu idolaku satu ini tapi entah mengapa bulan Desember lalu aku merasakan benar sekali cinta dari idolaku ini. pasalnya, kemarin kemarin selalu ikut yang di –tempat banyak fans berdatangan- sedangkan desember kemarin di –tempat fans Cuma ber8-. Setidaknya cinta dari idola tidak dibagi berbanyak orang kan? Hehe. Disitu aku merasakan, dia yang habis capek dari konser masih menyempatkan waktunya untuk menemui kami ber8 yang notabene sudah nunggu 2 jam sih dengan perut kelaparan dan rasa ngantuk menyerang. Tepat jam 11 malam, dia menemui kita kembali. Rada menjaga imej ben gak keliatan kayak fans alay gitu yang disalamin malah jerit-jerit (dulu pernah soalnya). Duduk diruangan lobby yang sangat hangat tiba tiba dirasakan. Cinta mereka kepada kami memenuhi ruangan itu seketika. Kita membicarakan hal-hal yang sesungguhnya mungkin bisa saja dilupakan esok nanti. Tetapi, rasanya senang gembira bahagia dapat makan dari seorang idola bukan kayak seorang pengemis yang dapat makanan dari orang lewat loh. Mungkin bisa diumpamakan kayak dapet bekal dari yang katanya pangeran di sekolah gitulah. Cintanya pun semakin terlihat jelas, disaat ada yang sangat capek (memang erlihat jelas di wajah) dan tetap melayani kami dan membuat kami tersenyum dengan bahasa kucing mereka yang aneh itu. Intinya, cinta di angka 18 itu indah.
Ada sesosok lagi yang memberikanku cinta, di penghujung angka 18 tentunya. Sosok inilah yang bilang 19 itu sangatlah indah, dan dialah yang ingin membuat 19 milikku tidak hambar. Sosok yang akan selalu membantuku menemukan passionku. Sesosok yang selalu kusembunyikan dari khalayak. Sosok yang tak pernah aku anggap dan aku perjuangkan. Secara kasat mata, aku mempermainkannya. Iya mempermainkan cintanya. Katanya cinta banyak bentuknya tapi mungkin aku terlalu memaksakan keadaan. Aku hanya jatuh hati terhadapnya. Entahlah liriknya raisa doang yang bisa jelaskan.
Tiap angka memang memiliki ciri ciri sendiri untuk masing masing yang memiliki. Mungkin punyaku berwarna, mungkin aja punyanya dia suram. Entahlah, kita hanya bersyukur dengan sekarang dan berharap yang baik kedepannya. Hanya mengharap bukan menuntut. Siapa sih yang akan tau kalau akan ada belokan kalau kita terus menunduk ke bawah. Saat kita menunduk ke bawah, ibarat jalan hidup kita dibatasi oleh dinding beton yang mengitari yang memberikan kita banyak arah. Dan saat kita jalan kita menunduk, Tuhan akan selalu senantiasa menuntun kita dengan cara menabrakkan kita ke tembok yang salah dan membiarkan kita mencari jalan yang benar dengan terus menunduk. Apa enaknya hidup kalau kita melihat dengan mata sejajar yang membuat kita bisa melihat jalan? Hidup perlu sebuah tumbukan pula untuk membuat kita mengerti mana jalan kita. Terimakasih ya Allah sudah menuntunku ke jalanku sendiri sesuai pilihanku tapi jika jalanku salah tolong berikanlah hambaMu ini tumbukan lagi.
Chusnul c