CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 20 April 2013

Just One Second episode 1

bukannya mau mengambil ide, ini cerpen aku buat berdasarkan SHORTMOVIE JUST ONE SECOND. saya tidak mencontek, tapi hanya mengembangkan SM ini atau menulis ulangnya dalam bentuk kata-kata


Just One Second
“Sudah setahun aku meninggalkan masa SMA dan bunga pink tacoma bermekaran kembali. Banyak yang berubah dengan hidupku saat ini, tapi ada satu hal yang masih sama. Yaitu, kenanganku tentang seorang perempuan. Sekalipun waktu kita bersama sangatlah singkat”
***
            Aku berlatih sepakbola hari ini, tentu sangatlah capek tetapi menyenangkan. Saat aku sedang menikmati waktu-waktu pas buang air kecil. Seorang siswi melompat dari batas WC antara WC cowok dengan WC cewek.
            “Hei!” ucapku sedikit bentak kepadanya.
            “Pintu sebelah sana terkunci,” ucapnya langsung pergi.
            Aku langsung terburu-buru menaikan resletingku dan mengejarnya. “Hei kamu! Apakah kamu melihat sesuatu?”
            Dia berhenti, “Jika iya, kenapa?”
            “Are you Trippin?” dia pergi menjauh.
            Aku menemui teman-teman sepakbolaku lagi, mereka sedang asyik membicarakan siswi sekolah ini yang katanya siswi itu cewek yang “dijual” di hotel berbintang. Saat mereka menunjukkan fotonya, betapa terkejutnya aku jika siswi yang dimaksud itu ada cewek yang melompat tadi.
            “Mereka bilang gadis itu dijual. Kemarin malam, dia masuk dan keluar dari hotel. Semua cewek di sekolah ini tidak suka terhadapnya. Apakah kamu tertarik?”
            Sepulang sekolah, aku melihat siswi itu berjalan pulang dengan menggunakan rok yang sangat pendek. Dia tidak malu dilihat banyak murid lainnya. Seketika itu aku beranggapan dia memang “cewek untuk dijual” tapi aku juga tidak mau melihatnya dicemooh sekelilingnya. Aku mengejarnya hingga aku sampai di hotel khusus orang dewasa.
            “Ihhh, ada laki-laki kecil manis yang berani kesini. Sini-sini kakak temani” seorang ‘tuna susila’ sedang menggodaku. Aku masuk ke dalam hotel dan berusaha mencari cewek tersebut. Dan apa yang kulihat???
Looking at the falling leaves to the ground
In not too long a new leaf will grow
But it still hurts inside my heart
To say Goodbye, knowing that
Nothing will be the same
I took many years
To love this way
But to say goodbye
Just only a second
The leaf hasn’t even touched the ground
And we must be apart it’s such a pity
I want you know, that Iam sorry
            Suaranya sangat indah, ternyata dia hanya menyanyi di hotel tersebut bukan untuk dijual. Leganya hatiku. Tapi dia melihatku saat aku mengamatinya. Aku pergi ke depan dan dia menyusulku.
            “Untuk apa kamu datang kesini?”
            “Aku ingin bilang bahwa rokmu terlalu pendek. Jadi aku membawakanmu ini,” kataku sambil menunjukkan celana seragam olahragaku.
            “Tapi sepertinya kamu tidak membutuhkan”
            “Terima kasih untuk kedatanganmu”
            “Jadi, rumor selama ini tidak benar? Mengapa kamu tidak mengatakan sesuatu?” dia tidak menjawab pertanyaanku dan berbalik badan.
            “Tunggu, bisakah kita menjadi teman?”
            “Aku mau menjadi temanmu, asalkan kamu tidak membawa benda itu kembali”
            Aku hanya tersenyum mendengar jawaban dari dia. Semenjak itu dia sering menemaniku saat aku latihan bola. Aku mengambil minumnya dan menghabiskannya. Tampaknya dia marah hehe.
            “Jika kamu diberikan 1 detik dalam sisa hidupmu, apa yang ingin kam lakukan?”
            “Aku akan mencetak gol”
            “tidakkah kamu memikirkan tentang sesuatu yang lain?”
            “ini adalah tahun terakhirku di sekolah menengah. Setelah ini, aku tidak tahu kapan aku akan bermain sepakbola lagi.” Dia mengangguk-angguk.
            “bagaimana denganmu?”
            “berkeliling di akhir bunga pink tacoma akan bermekaran, dan itu sangat indah. Aku ingin melihat keindahan itu”
            “ayo kita lihat itu bersama!” ajakku
            “oke. Kamu jangan berpindah ke lain hati. Aku mengandalkanmu”
            “dan aku akan membawakanmu medali emas” janjiku
            “tidak mungkin” dia mengejekku
            Aku mengantarkan ke hotel tempat dia berkerja. Jujur, aku tidak ingin berpisah dengannya.
            “bolehkah aku mendengarkanmu menyanyi malam ini?” dia mengangguk.
            Keesokan paginya, temanku tiba-tiba memijat pundakku.
            “Hey, kenapa kamu tidak mengundangku?” Boy bertanya.
            “Untuk apa?” tanyaku heran
            “cewek ini, apakah kamu melakukan itu bersamanya kan?” Boy memperlihatkan fotoku bersama Nattasha.
            “What the hell. Apa maksudmu?”
            “hey, itu sangat kasar. Lembutkan sedikit” ucap temanku yang memijat pundakku
            “Jadi, apakah dia seksi, Den?” lanjutnya
            “Sh*t, apa yang salah denganmu? Kamu pikir kamu pahlawan?” apa yang difikiran teman-temanku ini.
            “Kenapa kamu malu-malu? Seluruh sekolah sudah mengetahui itu”
            Aku langsung berlari untuk menemui Nattasha. Aku menuju ke kelasnya berharap bertemu dengannya, tapi teman-temannya bilang dia di ruang guru. Aku berharap dia baik-baik saja. aku terus mencari nattasha.
            “Bagaimana keadaanmu?” tanyaku saat menemuinya.
            “beberapa guru mengetahhui aku bekerja di hotel. Jadi, aku mendapatkan peringatan.”
            “Neraka dengan sekolah kemudian” ucapku menarik tangan dan pergi dari sekolah.

- To be Continued -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar